Banda Aceh – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara sejak 9 September 2024 tak hanya menjadi ajang prestasi olahraga, tetapi juga kesempatan bagi para atlet, pelatih, dan pengunjung untuk menikmati keunikan budaya dan kuliner setempat.
Salah satunya adalah Seno, pelatih soft tenis dari Kalimantan Utara, yang mengaku terpikat dengan kopi tradisional Aceh saat menikmati istirahatnya di sela-sela pertandingan.
Seno, yang menginap di Hotel Dentalien Oyo, memutuskan untuk mencoba warung kopi lokal di sekitar hotel pada Rabu, 18 September 2024.
Di sebuah warung kopi sederhana, ia menemukan sesuatu yang tak terduga, kopi Aceh yang dimasak dengan tungku kayu. Aroma semerbak yang keluar dari kopi tersebut langsung memikat indra penciumannya.
“Saya sudah sering mendengar tentang kopi Aceh, tapi baru kali ini saya benar-benar merasakannya. Wangi kopinya sangat khas dan kuat, apalagi dengan cara memasaknya yang tradisional menggunakan tungku kayu. Itu memberi cita rasa yang berbeda dari kopi yang biasa saya minum di tempat lain,” ujar Seno.
Bukan hanya aroma dan rasanya yang membuat kopi ini istimewa bagi Seno, tetapi juga suasana khas Aceh yang terasa di warung kopi tersebut.
“Saya suka suasananya. Sederhana, ramah, dan ada semacam kehangatan di sini. Kopi ini benar-benar menyatu dengan atmosfer Aceh yang sangat berbeda dari daerah lain,” tambahnya.
Aceh dan Sumatera Utara saat ini menjadi pusat perhatian nasional sebagai tuan rumah PON XXI. Ajang olahraga terbesar di Indonesia ini berlangsung hingga 20 September 2024, dan diikuti oleh ribuan atlet dari seluruh penjuru Nusantara.
Di sela-sela hiruk-pikuk pertandingan, kota Banda Aceh menjadi destinasi bagi para atlet dan pengunjung yang ingin menikmati kekayaan kuliner lokal, salah satunya kopi Aceh yang melegenda.
Bagi Seno, pengalaman mencicipi kopi Aceh ini memberikan warna tersendiri dalam perjalanan PON kali ini.
“PON XXI ini bukan hanya tentang olahraga, tapi juga tentang mengenal budaya dan kekayaan kuliner di tempat-tempat yang kami kunjungi. Saya rasa, mencicipi kopi ini adalah salah satu pengalaman terbaik saya selama di Aceh,” kata Seno.
Kopi Aceh memang terkenal memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi cita rasa maupun cara penyajiannya.
Banyak warung kopi di Banda Aceh yang masih mempertahankan cara tradisional dalam menyeduh kopi, menggunakan tungku kayu yang tidak hanya menciptakan rasa kopi yang kaya, tetapi juga memancarkan aroma yang kuat dan khas.
Kopi yang disajikan di warung kopi tempat Seno berkunjung menjadi bukti bahwa tradisi ini masih bertahan di tengah modernisasi.
Bagi para penikmat kopi seperti Seno, pengalaman ini menambah kekaguman terhadap Aceh. “Saya rasa ini adalah bagian dari daya tarik Aceh yang perlu dipromosikan lebih luas. Kopi Aceh bisa menjadi salah satu ikon kuliner yang mendunia,” ujarnya sambil menyeruput kopinya.
PON XXI juga memberikan kesempatan bagi para peserta dan penonton untuk menjelajahi budaya dan kehidupan masyarakat Aceh yang kaya.
Banyak di antara mereka, termasuk Seno, yang tidak hanya datang untuk pertandingan, tetapi juga mencari pengalaman lokal yang otentik.
Warung kopi tradisional, dengan segala kesederhanaannya, menjadi salah satu tempat di mana mereka bisa merasakan Aceh yang sesungguhnya.
Seno, yang datang ke Aceh untuk mendampingi tim soft tenis Kalimantan Utara, mengatakan bahwa menikmati kopi Aceh telah menjadi momen istirahat yang sempurna baginya.
“Saya bisa merasa rileks dan tenang di sini, menikmati kopi sambil sejenak melupakan ketegangan pertandingan. Saya yakin, ini akan menjadi kenangan manis yang akan saya bawa pulang,” tutupnya. []
Sumber: Dialeksis.com